Profil Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dalam Cangkang Kupang Beras (Tellina versicolor)


Kupang merupakan salah satu jenis bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Selain diambil bagian dagingnya untuk dimakan,
cangkang kupang juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pakan ternak. Ada dua jenis kupang yang biasa ditangkap oleh penangkap kupang yaitu kupang putih atau kupang beras (Tellina versicolor) dan kupang merah (Corbula faba). Kupang putih atau kupang beras merupakan jenis kupang yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat (Purwati, 2001).
Kupang mempunyai habitat di laut. Cara hidup kupang bergerombol di dasar perairan bercampur lumpur dan pasir (Purwati, 2001). Laut yang menjadi tempat bermuaranya sungai,telah menjadi tempat berkumpulnya zat-zat pencemar yang dibawa oleh aliran sungai tersebut. Zat-zat pencemar yang ada di sungai berasal dari limbah pabrik atau limbah rumah tangga yang semua merupakan hasil kegiatan manusia. Banyak industri atau pabrik yang membuang limbah industrinya ke sungai. Dengan demikian kegiatan manusia memberikan kontribusi yang amat besar terhadap terjadinya pencemaran lingkungan. Salah satu zat pencemar lingkungan yang sekarang serius diperbincangkan adalah logam berat.
Limbah logam berat merupakan limbah yang berbahaya. Logam-logam berat umumnya bersifat toksik (racun) dan kebanyakan di air dalam bentuk ion. Logamlogam berat yang mencemari perairan bermacam-macam jenisnya, salah satunya adalah lsogam timbal (Pb).
Kadar logam dalam tubuh mahluk hidup dalam hal ini hewan, dapat dideteksi melalui daging, urine, darah, dan tulang. Kadar logam dalam darah dan urine menunjukkan jumlah logam yang masuk saat pengukuran dilakukan atau suatu saat tertentu. Hal ini dikarenakan logam dalam darah mengalami ekskresi dan urine merupakan hasil ekskresi. Kadar logam dalam daging dan tulang berhubungan dengan kadar logam dalam darah dan urine saat daging dan tulang terbentuk. Dengan demikian daging dan tulang merupakan bagian tubuh hewan yang banyak mengakumulasi logam (Gani, A. A.,1997). Pada penelitian ini, penentuan kadar logam dalam kupang beras dilakukan melalui bagian cangkangnya. Pada filum molusca cangkang merupakan bagian tubuh yang strukturnya sama dengan tulang (Gosneer, 1971).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin diungkapkan adalah adakah kandungan logam berat timbal (Pb) dalam cangkang kupang beras , berapakah kadar logam berat timbal (Pb) yang terkandung dalam cangkang kupang beras, bagaimanakah fluktuasi kandungan logam berat timbal dalam cangkang kupang beras selama periode tiga bulan dengan interval waktu dua minggu sekali.


Untuk mendownload Skripsi Pendidikan Kimia dengan judul "Profil Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dalam Cangkang Kupang Beras (Tellina versicolor)" secara lengkap klik disini atau klik gambar download dibawah ini kemudian klik SKIP AD atau LEWATI.
Aplikasi Metode MLR Dan PCR Pada Analisis Hubungan Kuantitatif Struktur Dan Aktivitas Antitoksoplasma Senyawa Turunan Kuinolon Berdasarkan Deskriptor Teoritik


Toksoplasmosis merupakan penyakit pada sel darah dan limpa yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii (Gerard et al., 2002). T. gondii menginfeksi sebagian besar populasi dunia tetapi pada umumnya tidak terlalu beresiko. Namun, bagi beberapa individu seperti janin, bayi yang baru lahir, dan pasien dengan kekebalan tubuh lemah, parasit ini berpotensi tinggi menyebabkan penyakit yang parah atau bahkan membahayakan nyawa (Hökelek, 2006).

Terapi untuk penyakit toksoplasmosis adalah kombinasi pirimetamin dan sulfonamid yang bekerja dengan menghambat tetrahidrofolat-dehidrogenase (Schunack et al., 1990). Namun, obat itu kini telah tergantikan oleh senyawa antibiotik lain yang lebih aktif. Salah satu senyawa yang dikembangkan adalah antibiotik golongan kuinolon dan florokuinolon. Cara kerja kuinolon adalah dengan menghambat sintesis DNA dengan cara menginhibisi enzim DNA gyrase atau topoisomerase. Fichera dan Roos (1997) menemukan bahwa beberapa antibiotik seperti azithromycin dan ciprofloksasin dapat menghambat replikasi DNA dalam apicoplast sehingga mampu menghambat pertumbuhan toksoplasma. Fungsi apicoplast (terdapat dalam struktur takizoit T. gondii pada gambar I.1) masih belum jelas, tetapi adanya struktur prokariotik dalam T. gondii ini menjadi target terapi yang khas sehingga penemuan organel ini dalam parasit apicomplexan dan sifatnya dalam T. gondii menawarkan kesempatan baru dalam 2 penelitian farmakologi terhadap beberapa protozoa untuk kepentingan medis yang penting (Soldati, 1999).

Penelitian Khan et al., (1996) dan Khan et al., (1999) menunjukkan bahwa di antara florokuinolon hanya trovafloksasin dan beberapa turunannya yang dapat menghambat pertumbuhan toksoplasma pada konsentrasi mikromolar, sedangkan ciprofloksasin menunjukkan kegagalan pada percobaan in vitro dan in vivo. Namun Liguori et al., (2005) meneliti bahwa di antara enam florokuinolon (trovafloksasin, temafloksasin, enoksasin, sparfloksasin, ciprofloksasin, dan grepafloxacin), hanya trovafloksasin yang toksik. Dari kenyataan tersebut, diperlukan suatu senyawa obat baru yang lebih aktif terhadap toksoplasma namun dengan tingkat toksisitas yang lebih rendah.

Inti dari suatu penelitian senyawa obat menurut Schunack et al., (1990) adalah pengembangan zat aktif baru untuk menyembuhkan penyakit yang dengan terapi obat sampai saat ini tidak atau belum berjalan seperti yang diharapkan, atau untuk mengurangi resiko terapeutik jika dibandingkan dengan obat lama.
Perkembangan kimia komputasi menawarkan sebuah solusi dalam desain senyawa obat baru. Salah satu metode kimia komputasi yang populer dalam 3 desain obat adalah Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA). Setiap suatu senyawa aktif yang diketahui perubahan strukturnya dengan perubahan aktivitas biologinya dinamakan mempelajari hubungan Structure-Activity (SAR) (Wolff, 1994). Menurut Schunack et al., (1990) jenis dan intensitas hubungan antaraksi antara senyawa obat dan sistem biologik sangat ditentukan oleh sifat fisika dan kimia molekul obat. Sifat ini adalah hasil dari jenis dan jumlah serta ikatan antar atom dan susunan ruang atom yang membentuk molekulnya.

Aktivitas toksoplasma sangat dipengaruhi oleh masing-masing atom atau substituen pada cincin kuinolon (Gozalbez et al., 2000). Hal ini merupakan bukti yang sejalan dengan alur pikir Wolff (1990) bahwa reaktivitas dari senyawa kimia akan berubah bila struktur kimia berubah. Atas dasar itu, perubahan struktur kimia akan membawa perubahan sifat biologis.

Dalam mempelajari aktivitas suatu obat dengan metode HKSA, diperlukan parameter-parameter fisika kimia tertentu yang berkaitan, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi molekul obat baru yang lebih potensial. Ada tiga macam parameter fisika kimia, yaitu parameter hidrofobik, efek elektronik, dan efek sterik. Pada studi HKSA tentang mutagenesis kuinolin, korelasi terbaik didapatkan dengan perhitungan muatan bersih atom pada atom karbon dan parameter hidrofobik (log P) menggunakan metode semiempiris AM1 serta dengan mempertimbangkan energi HOMO-LUMO dan kerapatan elektron (Katritzky et al., 1996).

Merujuk pada publikasi tersebut, maka pada penelitian ini akan digunakan tiga buah parameter, yaitu parameter hidrofobik berupa koefisien partisi (log P), 4 parameter sterik berupa deskriptor topologi indeks Harary dan indeks Randic, dan parameter elektronik berupa muatan bersih atom dan selisih energi orbital molekul HOMO-LUMO yang dihitung dengan metode semiempirik AM1. Pengolahan data statistik dilakukan dengan menggunakan dua metode yang akan dibandingkan yakni metode-metode Multilinear Regression (MLR) dan Principal Component Regression (PCR).


Untuk mendownload Skripsi Pendidikan Kimia dengan judul "Aplikasi Metode Mlr Dan Pcr Pada Analisis Hubungan Kuantitatif Struktur Dan Aktivitas Antitoksoplasma Senyawa Turunan Kuinolon Berdasarkan Deskriptor Teoritik" secara lengkap klik disini atau klik gambar download dibawah ini kemudian klik SKIP AD atau LEWATI.
 Pemrosesan Plastik Foam Mikroseluler Yang Ramah Lingkungan

Seiring dengan berkembangnya jaman, perhatian masyarakat terhadap pola hidup sehat semakin meningkat. Hal ini mendorong masyarakat lebih selektif dalam hal pemilihan produk. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ini, maka diperlukan produk yang sehat baik ketika dalam pemrosesan, pengemasan, sampai bisa dikonsumsi. Untuk memenuhi syarat sehat dalam pengemasan diperlukan pengembangan bahan kemasan (packaging) yang aman bagi kesehatan, salah bsatunya adalah foam plastik mikroseluler. Pemrosesan foam plastik mikroseluler menggunakan blowing agent CO2 dan N2 yang selain aman dari segi kesehatan juga ramah lingkungan, karena bersifat inert.
Secara umum, ada dua bentuk foam plastik yaitu plastik seluler dan plastik mikroseluler. Cara pemrosesan kedua bentuk plastik ini adalah dengan foaming. Foaming dilakukan dengan cara mendispersikan bahan aditif sebagai blowing agent ke dalam material plastik dan dengan perlakuan pemanasan serta tekanan sehingga menghasilkan plastik berpori (foamed plastik). Hingga saat ini pemrosesan foam plastik seluler masih banyak menggunakan proses foaming konvensional, yang menggunakan bahan berbahaya seperti chlorofluorocarbon (CFC), hidrochlorofluorocarbon (HCFC) atau senyawa organik lain yang mudah terbakar (benzene, toluene, acetone dan lain-lain) sebagai blowing agent. Bahanbahan ini berdampak tidak baik terhadap lingkungan dan kesehatan karena merusak ozon dan dapat mengakibatkan kanker [10]. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan Protokol Montreal dan Perjanjian Wina, Indonesia akan menghentikan penggunaan bahan-bahan tersebut di atas pada tahun 2010 [10]. Dengan pertimbangan di atas maka perlu dikembangkan proses foaming dengan menggunakan bahan blowing agent yang lebih aman terhadap lingkungan dan kesehatan.
Pengembangan lebih lanjut tentang pemrosesan plastik seluler konvensional adalah plastik mikroseluler. Selain aman bagi kesehatan, keunggulan lain plastik mikroseluler adalah struktur selnya yang lebih teratur I- 2 dibandingkan plastik seluler, sehingga plastik mikroseluler memiliki sifat mekanik, elektrik, dan thermal yang lebih baik dibanding plastik foam konvensional. Di samping itu, ukuran sel yang lebih kecil dan distribusi sel yang seragam menyebabkan plastik mikroseluler memiliki ketahanan dan kekuatan yang melebihi plastik foam konvensional maupun plastik padat.
Plastik mikroseluler menurut Park,dkk [12] adalah foam polimer yang memiliki densitas sel lebih dari 109 sel/cm3 dan ukuran sel kurang dari 10 mm. Sel plastik mikroseluler dibentuk melalui tahapan-tahapan yaitu, pembuatan larutan jenuh gas-polimer, pengubahan larutan ke kondisi tidak stabil secara termodinamik, dan pengontrolan struktur sel. Pemrosesan plastik mikroseluler dengan cara ini pertama kali diperkenalkan oleh Martini pada tahun 1981.
Colton dan Suh (1987) [9] melakukan penelitian dengan menggunakan bahan plastik berkristal yaitu polipropilen dengan menggunakan blowing agent CO2. Proses pembuatan foam dilakukan pada temperatur mendekati temperatur melting. Colton melaporkan 3 (tiga) hal dari hasil penelitiannya, yaitu : kelarutan gas yang rendah dalam daerah struktur kristal, perlunya melakukan foaming di dekat temperature leleh dan struktur kristal sebagai masalah dasar dalam foaming mikroseluler polimer semikristal.
Park,dkk [12] melakukan penelitian tentang efek kristalinitas dan morfologi terhadap struktur foam plastik polipropilen (PP). Mereka menyimpulkan bahwa adanya kristalinitas menyebabkan diffusivitas dan solubilitas gas turun. Sato,dkk [19] telah melakukan penelitian terhadap kelarutan blowing agent CO2 dan N2 dalam plastik polystryrene dan polipropilen. Hasilnya menunjukkan kelarutan blowing agent polipropilen lebih besar daripada polistiren. Hal ini disebabkan oleh struktur kristal polipropilen lebih teratur dan rapat, sehingga banyak gas yang mampu bertahan di dalamnya. Pada Polystyrene struktur rantainya amorf, sehingga gas mudah berdifusi keluar rantai.
Hendra dan Rika (2003) [8] dan Yeni (2004) [18] meneliti tentang pengaruh temperatur dan CO2 terlarut terhadap kristalinitas polipropilen (PP) pada pemrosesan plastik mikroseluler. Kenaikan derajat kristalinitas sebanding dengan I- 3 kenaikan temperatur dan mencapai maksimum pada 160 0C, kemudian mengalami penurunan pada temperatur di atas temperatur pelelehan yaitu 170 0C - 190 0C.
Pada tahun 2004, Ana dan Bambang [1] meneliti tentang perubahan kristalinitas karena nitrogen terlarut dan efeknya terhadap struktur foam pada pemrosesan plastik mikroseluler polipropilen (PP). Mereka menyimpulkan bahwa tanpa gas terlarut, kristalinitas polipropilen meningkat dengan naiknya temperatur sampai dengan temperatur lelehnya. Dengan jumlah gas nitrogen yang sama, naiknya temperatur (40 0C – 100 0C) ternyata menurunkan kristalinitas.
Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh Deddy dan Hary pada tahun 2004 [4] dimana diketahui bahwa pada temperatur penjenuhan 125 0C – 160 0C terjadi kenaikan kristalinitas dengan naiknya temperatur penjenuhan dan pengaruh gas terlarut tidak signifikan terhadap perubahan kristalinitas. Kedua hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kristalinitas minimum terjadi pada temperatur penjenuhan 125 oC, sehingga dapat ditarik beberapa hal, yaitu : properti fisik polimer (densitas) menurun, begitu pula properti fisik lain seperti viskositas dan tegangan permukaan diperkirakan turun. Akibatnya gas lebih mudah berdifusi ke dalam larutan polimer. Dengan demikian pada kondisi tersebut potensial dilakukan foaming. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik foaming di daerah titik balik tersebut.

Untuk mendownload Skripsi Pendidikan Kimia dengan judul "Penentuan Kadar Soda yang Hilang di Tahap Pencucian IV pada Proses Pembuatan Pulp" secara lengkap klik disini atau klik gambar download dibawa ini kemudian klik SKIP AD atau LEWATI.
Penentuan Kadar Soda yang Hilang di Tahap Pencucian IV pada Proses Pembuatan Pulp

Dalam era globalisasi sekarang ini, kebutuhan manusia dalam berbagai bidang meningkat dengan pesat, diantaranya adalah kebutuhan sandang dan kertas. Sandang merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, sejalan dengan bertambahnya penduduk dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan maka meningkat pula kebutuhan akan sandang dan kertas.
Permintaan akan kebutuhan kertas semakin meningkat, sehingga perlu didirikan suatu perusahaan atau pabrik yang bergerak di bidang produksi pulp. Dengan melihat sumber daya alam Indonesia yang kaya akan bahan baku pulp maupun kertas mendorong didirikannya suatu pabrik pulp dan rayon yang bernama P.T. INTI INDORAYON UTAMA.
Salah satu bagian penting dalam proses pembuatan pulp ialah proses pencucian (washing). Proses pencucian dilakukan setelah melewati proses pemasakan (digester). Pada proses pencucian tahap IV akan diperiksa kadar soda yang tertinggal di dalam pulp dengan parameter Soda Loss. Dimana kadar soda yang layak pada pulp agar produksi pulp layak unrtuk diperdagangkan biasanya maksimal 10 kg/ton pulp. Soda ini akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas, keputihan dari pulp yang dihasilkan

Untuk mendownload Skripsi Pendidikan Kimia dengan judul "Penentuan Kadar Soda yang Hilang di Tahap Pencucian IV pada Proses Pembuatan Pulp" secara lengkap klik disini atau klik gambar download dibawa ini kemudian klik SKIP AD atau LEWATI.
Studi Penentuan Logam Tembaga (Cu) Dan Seng (Zn) Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max [L] Merril) Secara Spektrofotometer Serapan Atom Di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah

Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan salah satu tanaman sumber protein yang penting di Indonesia. Sebagai bahan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, tanaman kedelai menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian.
Berdasarkan luas panen, di Indonesia kedelai menempati urutan ke-3 sebagai tanaman palawija setelah jagung dan ubi kayu. Rata-rata luas pertanaman per tahun sekitar 703.878 ha, dengan total produksi 518.204 ton.
Pertanian modern dengan tuntutan produksi yang tinggi, khususnya di lahan dengan tanah tidak subur dan menggunakan varietas unggul, memerlukan masukan unsur hara dalam jumlah besar. Kebutuhan unsur hara di atas dapat dipenuhi melalui pemanfaatan berbagai jenis unsur hara, baik organik maupun anorganik, alami ataupun non alami (rekayasa kimia).
Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil kedelai antara lain: tanah, varietas, pengelolaan, lingkungan, keadaan hama, pemupukan dan zat-zat pencemar (Sumarno, 1984). Kedelai mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai sumber bahan makanan seperti tempe, minyak, kecap dan sebagainya.
Disamping itu kedelai merupakan tanaman dengan daerah penyebaran yang cukup luas termasuk di daerah tropis seperti di Indoensia (AAK, 1989). Penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar dapat berdampak buruk terhadap lingkungan. Pupuk kimia dapat mengandung logam berat dalam jumlah tinggi dan kegunaannya dapat meningkatkan konsentrasinya di dalam tanah serta bahayanya terhadap mahluk hidup (Salam AK, 1997).
Pupuk kimia yang biasa digunakan petani untuk tanaman kedelai yaitu Urea dan TSP yang semuanya mengandung 0,02 % Cu dan 0,02 % Zn. Petani menggunakan pupuk tersebut pada kedelai untuk urea kira-kira 600—800 kg per hektar, TSP kira-kira 600—800 kg per hektar dan KCl kira-kira 400 kg per hektar. Untuk zat pengatur tumbuhan (ZPT) dan pupuk pelengkap cair (PPC), petani menggunakan Dharmasri 5 EC untuk mengendalikan rayap tanah pada akar dan gandasil D untuk pertumbuhan dau dan buah yang mengandung komposisi 12 % asam fosfat dilengkapi dengan unsur-unsur tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), Kobal (Co), dan Boron (B) serta vitamin-vitamin untuk pertumbuhan tanaman seperti aneurine, laktof lavine dan nicotinil acid amida (Williams and UZO, W.T.H, 1993).
Zat-zat pencemar merupakan senyawa yang tidak diinginkan dalam lingkungan hidup. Bahan-bahan pencemar itu tergolong zat organik dan anorganik. Diantara zatzat pencemar anorganik maka logam berat seperti tembaga (Cu) dan seng (Zn) mendapat perhatian yang lebih banyak. Hal ini bukan saja karena sifat toksiknya melainkan logam berat itu pada umumnya terdapat dalam lingkungan. Diantara 2 logam-logam berat yang dapat mengganggu kesehatan tubuh adalah tembaga dan seng.
Besarnya bahaya logam berat terhadap mahluk hidup di atas menunjukkan bahwa akumulasi logam berat di dalam jaringan tubuh tumbuhan, hewan dan manusia harus ditekan. Selain itu aliran logam berat melalui jaringan makanan harus diatur sedemikian rupa, sehingga logam berat yang dapat memasuki jaring makanan hanya dalam jumlah terbatas dan pemupukannya di dalam jaringan tubuh mahluk hidup berada pada tingkat yang tidak membahayakan. Dengan mengetahui akibat-akibat tersebut di atas maka perlu dilakukan studi logam berat pada tanaman kedelai yang banyak dikonsumsi oleh manusia. Dalam studi logam ini akan ditentukan kandungan logam tembaga dan seng pada tanaman kedelai secara kuantitatif menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.
 
Untuk mendownload Skripsi Pendidikan Kimia dengan judul "Studi Penentuan Logam Tembaga (Cu) Dan Seng (Zn) Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max [L] Merril) Secara Spektrofotometer Serapan Atom Di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah" secara lengkap klik disini atau klik gambar download dibawa ini kemudian klik SKIP AD atau LEWATI.



Kamera Digital Komersial Karakteristik Dan Pemanfaatannya Untuk Percobaan Optika Fisis

Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang sangat dekat dengan eksperimental. Dalam pengajaran fisika baik di Sekolah Menengah maupun aras Perguruan Tinggi, eksperimen atau percobaan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Khusus untuk percobaan Fisika modern, penggunaan alat-alat sederhana masih terbatas. Untuk itu perlu dicari alternatif-alternatif baru dalam pemanfaatan alat-alat yang ada untuk percobaan Fisika. Salah satunya adalah pemanfaatan CCD (Charge Coupled Device) dari kamera digital komersial untuk berbagai percobaan optika fisis.

CCD sebagai detektor atau sensor dapat mendeteksi spektrum yang mempunyai panjang gelombang 305 sampai 1000 nm secara langsung dengan SITe (Scientific Imaging Technologies). CCD berfungsi untuk menerima cahaya yang difokuskan oleh lensa. Cahaya itu membentuk citra pada sensor tersebut. Sensor pada CCD terdiri dari array dua dimensi dari beribu-ribu detektor mikro yang disebut pixel. Ukuran sensor dapat mencapai 21 x 21 mikron dan dapat membentuk array dengan ukuran lebih dari 1024 x 1024 pixels.

CCD telah dipakai sebagai sensor perekaman citra pada kamera digital komersial. CCD ini menggantikan film pada kamera konvensional. Keunggulan kamera digital dengan teknologi chip CCD adalah respons foton linier hingga mencapai saturasi, efisiensi kuantum yang tinggi (mencapai 50% hingga 80%) rentang sensitivitas lebar, mulai dari ultra violet hingga infra merah sangat dekat, gambar dapat ditampilkan langsung tanpa melalui proses kimia seperti pada kamera konvensional, lebih mudah dioperasikan dengan komputer, mudah diproses untuk memisahkan sinyal dari derau dan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan memproses citra yang telah direkam lebih lanjut.

Berdasarkan uraian di atas, prospek pemanfaatan CCD dari kamera digital sebagai sensor dalam percobaan Fisika terutama di bidang optika fisis dapat dilakukan. Penelitian ini akan memanfaatkan CCD dari kamera digital komersial sebagai sensor untuk perekaman citra pola interferensi.

Untuk mendownload Skripsi Pendidikan Fisika dengan judul "Kamera Digital Komersial Karakteristik Dan Pemanfaatannya Untuk Percobaan Optika Fisis" secara lengkap klik disini atau klik gambar download dibawa ini kemudian klik SKIP AD atau LEWATI.



Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang melalui Pendekatan Problem Posing Berbasis Aktivitas di SMUN I Banjarmasin


Pembelajaran IPA (sains) saat ini masih menggunakan sistem pembelajaran yang bersifat konvensional yaitu pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered).  Sistem pembelajaran tersebut juga diterapkan di SMUN I Lawang, hal itu akan dapat menyebabkan siswa menjadi pasif. 

Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mengetahui prestasi belajar fisika manakah yang lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional, (2) mengetahui kemampuan siswa dalam merumuskan soal pada kelas yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 SMUN I BJM tahun ajaran 2002/2003. Diantara 10 kelas yang ada dilakukan pengambilan sampel  secara acak. Penelitian ini bersifat eksperimental semu, yang melibatkan variabel perlakuan  berupa model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing berbasis aktivitas yang dikenakan pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol  menggunakan pendekatan konvensional untuk pokok bahasan getaran dan gelombang. Rancangan ini melibatkan dua kelas sampel, maka desain penelitian yang digunakan adalah Pre-test dan Post-test Control Group Desain. Kerangka rancangan dimulai dari uji coba instrumen dan pengambilan data, analisis uji instrumen dan analisis data serta uji hipotesis menggunakan uji-t satu pihak.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) prestasi belajar fisika bagi siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar fisika bagi siswa yang diajar melalui pendekatan konvensional, yang terlihat dari nilai rata-rata prestasi untuk kelas eksperimen adalah 84,47 sedangkan nilai rata-rata prestasi untuk kelas kontrol adalah 68,50 dan juga dilihat dari thitung > ttabel yaitu diperoleh thitung = 7,426 sedangkan ttabel (72; .05) = 2,647 (2) kemampuan merumuskan soal bagi kelas yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas tergolong sangat baik yaitu mencapai 84,7 %.

Untuk mendownload Skripsi Pendidikan Fisika dengan judul "Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang melalui Pendekatan Problem Posing Berbasis Aktivitas di SMUN I Banjarmasin" secara lengkap klik disini atau klik gambar download dibawa ini kemudian klik SKIP AD atau LEWATI.



Indonesia termasuk tujuh negara di dunia yang memiliki 54% dari seluruh sumber daya genetik tumbuhan. Keanekaragaman genetik ini merupakan aset nasional dan sangat berharga jika ditinjau dari senyawa kimia bahan alam yang dikandungnya. Namun demikian potensi kimia dari sebagian sumber daya genetik ini belum banyak diselidiki.
Hutan tropik Indonesia memiliki 20.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi, akan tetapi baru sekitar 1.500 spesies yang telah diteliti kandungan kimianya. Menurut Jeffrey (1992), Indonesia merupakan negara yang kaya akan jenis tumbuhan yang diperkirakan mencapai sekitar 25.000 jenis atau lebih dari 10 % jenis flora dunia. Ditambah dengan jumlah jenis lumut dan ganggang yang berjumlah ± 35.000 jenis, 40 % diantaranya merupakan jenis yang endemik atau hanya terdapat di Indonesia saja. Dengan tingginya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia dan dilihat dari keanekaragaman tumbuhan yang ada, memungkinkan untuk ditemukannya beraneka jenis senyawa kimia, walaupun beberapa senyawa kimia itu telah banyak ditemukan, tetapi berdasarkan sejarah penemuan dan pengembangan telah membuktikan bahwa peluang untuk terjadinya temuan-temuan baru sangat besar.
Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang tidak akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan obat-obat baru ataupun untuk menunjang berbagai kepentingan industri. Hal ini terkait dengan keberadaannya di alam yang tidak terbatas jumlahnya. Sejalan dengan hal itu dan diikuti oleh keberadaan organisme yang juga tidak terbatas jumlahnya, maka topik penelitian bahan alam juga tidak akan pernah habis. Ini didukung pula oleh fakta bahwa di muka bumi ini terdapat kurang lebih 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi, akan tetapi tidak lebih dari 0,4 % dari jumlah tumbuhan tersebut yang telah diselidiki oleh peneliti untuk berbagai kepentingan. Sebagian besar dari penelitian itupun masih sangat dangkal sifatnya atau belum menyeluruh, lagi pula terbatas pada tumbuhan yang terdapat di daerah beriklim sedang. Dari 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi seperti dikemukan di atas, 54 % diantaranya terdapat di hutan-hutan tropika dan Indonesia dengan hutan tropikanya yang mengandung lebih dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi sangat potensial untuk diteliti dan dikembangkan oleh para peneliti Indonesia.
Penelitian bahan alam terdiri dari beberapa tahap, yaitu mulai dari tahap ekstraksi, fraksinasi dengan metode kromatografi sampai diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur dari senyawa murni yang diperoleh dengan metode spektroskopi, dilanjutkan dengan uji aktivitas biologi, baik dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar. Setelah struktur molekulnya diketahui dilanjutkan dengan modifikasi struktur untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas dan kestabilan yang diinginkan.
Disamping itu dengan kemajuan bidang bioteknologi, dapat juga dilakukan peningkatan kualitas tumbuhan atau organisme melalui kultur jaringan atau pembentukan menjadi tumbuhan transgenik yang tentunya juga akan menghasilkan berbagai jenis senyawa metabolit sekunder baru yang beraneka ragam dan mungkin juga dengan struktur molekul yang berbeda dengan yang ditemukan dari tumbuhan awalnya. Dengan demikian peluang penelitian dalam bidang bahan alam tidak terbatas.
Pengembangan potensi bahan alam di Indonesia didukung oleh kebijakan serta program riset dan teknologi (ristek) dari pemerintah dimana Kementrian Riset dan Teknologi telah menetapkan 6 (enam) Bidang Prioritas Riset dan Teknologi Nasional untuk tahun 2004-2009 yakni di bidang ketahanan pangan, ketersediaan energi, sistem transportasi nasional, teknologi informasi dan komunikasi, pertahanan dan keamanan, serta pembangunan kesehatan. Bidang-bidang prioritas itu oleh lembaga pelaksana teknis diterjemahkan menjadi rencana strategis. Beberapa lembaga tersebut antara lain LIPI, BATAN, dan BPPT.8 Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan atau diteliti. Keanekaragaman tumbuhan di Indonesia merupakan aset yang sangat besar terutama kandungan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman-tanaman di Indonesia. Namun demikian sampai saat ini, industri minyak atsiri di Indonesia masih merupakan industri yang baru, yang hanya mampu menyediakan bahan baku dan kemudian langsung diekspor, sedangkan perdagangan dunia saat ini kian berkembang ke arah sintesa turunan atsiri untuk penggunaan yang lebih spesifik dan bernilai ekonomis. Untuk itu penelitian ini memfokuskan pada isolasi minyak atsiri dari suatu tanaman, sehingga dihasilkan bahan kimia yang potensial dan memiliki nilai jual tinggi. Minyak atsiri yang sudah dikaji antara lain minyak nilam, cengkeh, akar wangi, pala, kayu manis, dan sereh.
Berdasarkan sifat fisikokimianya minyak atsiri merupakan cairan lembut, bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak atsiri umumnya diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan tertentu.
Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap (flavoring). Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap digunakan oleh bangsa-bangsa yang telah maju dan sudah digunakan sejak beberapa abad yang lalu. Selain itu minyak atsiri banyak digunakan dalam bidang kesehatan dan kegunaan lain. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, haemolitik atau sebagai enzimatik, sebagai sedatif, stimulan untuk obat sakit perut, dll. Selain memiliki bau yang harum, minyak atsiri dapat pula membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi. Minyak atsiri dapat menetralisir bau yang tidak enak dari suatu bahan, misalnya bau dari bahan sintetis.
Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang potensial untuk menghasilkan minyak atsiri. Pandan wangi yang dalam bahasa latinnya Pandanus amaryllifolius Roxb., merupakan tumbuhan yang cocok dengan iklim di daerah tropis. Terdapat di pinggir sungai, di tepi rawa, atau di tanah yang basah, dan tumbuh subur di daerah pantai sampai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Batangnya bulat dengan bekas duduk daun, bisa bercabang-cabang, menjalar, akar tunjang ke luar di sekitar pangkal batang dan cabang. 5 Pandanus amaryllifolius Roxb. (Pandan wangi) banyak memiliki manfaat, selain sebagai rempah-rempah dalam pengolahan makanan, pandan wangi juga memiliki banyak manfaat dalam bidang pengobatan, antara lain:

1. Pengobatan lemah saraf
2. Pengobatan rematik dan pegal linu
3. Menghitamkan rambut
4. Menghilangkan ketombe, dll.

Manfaat lain tumbuhan Pandanus amaryllifolius Roxb. adalah sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi. Daunnya harum kalau diremas atau diiris-iris, sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan.
Isolasi dan karakterisasi kandungan kimia minyak atsiri dari tumbuhan pandan wangi menjadi perhatian yang menarik untuk dipelajari. Hal ini disebabkan kurangnya informasi mengenai tumbuhan pandan wangi terutama mengenai struktur-struktur kimia yang terkandung dalam tumbuhan tersebut. Sementara pandan wangi merupakan tanaman yang sangat potensial untuk dikembangkan, dengan harganya yang relatif murah, mudah tumbuh walaupun pada lahan yang sempit, manfaatnya yang sangat besar, cocok dengan iklim tropis di Indonesia, dan jika diekstrak dapat menghasilkan minyak atsiri. Sehingga tanaman ini menjadi pertimbangan khusus untuk diteliti.

Untuk mendownload Skripsi Pendidikan Kimia dengan judul "Kandungan Kimia Minyak Atsiri Tumbuhan Pandanus amaryllifolius Roxb" secara lengkap klik disini atau klik gambar download dibawa ini kemudian klik SKIP AD atau LEWATI.



Penerapan Metode Menghafal Dalam Pembelajaran Al Qur'an Hadits di MTs Hidayatus Syubban Genuk Semarang

Manusia Indonesia seutuhnya yang diidealisasikan menjadi titik puncak pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati masih menjadi dambaan kita, ketika sosok yang sesungguhnya belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan era pasar bebas terus menerpa secara keras.
Dari sini dapat dilihat bahwa betapa pentingnya dan perlunya pendidikan bagi anak-anak, jelaslah pula mengapa anak-anak itu harus mendapatkan pendidikan yang layak. Agar bisa menjadi bekal hidupnya di masyarakat nanti, karena merekalah yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Bahwa kita ketahui apabila suatu bangsa generasi penerusnya bagus maka masa depan bangsapun akan bagus pula, begitu juga sebaliknya apabila generasi atau penerus bangsa rusak maka suramlah masa depan bangsa tersebut.
Pendidikan terhadap anak dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok sebagai pembentukan manusia menjadi insan yang sempurna (insan kamil) atau memiliki kepribadian yang utama. Berdasarkan asumsi tersebut maka diperlukan pendidikan anak yang dapat membantu menyelesaikan problem yang dihadapi masyarakat muslim dewasa ini. Semisal semakin gencarnya pengaruh modernisme yang menuntut lembaga pendidikan formal untuk memberikan ilmu pengetahuan umum dan ketrampilan sebanyak-banyaknya kepada peserta didik yang menyebabkan terdesaknya mereka (khusus umat Islam) untuk memperoleh bekal keagamaan yang cukup memadai.
Maka dari itu, hendaknya pendidikan menyentuh seluruh aspek yang bersinggungan langsung dengan kebutuhan perkembangan individu anak-anak baik itu dari ilmu agama maupun ilmu umum agar mereka dapat hidup dan berkembang sesuai dengan ajaran agama Islam yang kaffah.
Agama Islam mengajarkan sebuah tuntunan kepada manusia untuk menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Adapun segala tuntunan tersebut terdapat dalam al Qur’an dan al Hadits. al Qur’an telah melahirkan disiplin ilmu baik itu ilmu nahwu, syaraf, badi’, usul, falsafah, politik, ekonomi, sosial, sains, seni, dan lain-lain. Ini berarti bahwa al Qur’an selain syarat dengan substansi dan informasi juga memiliki kandungan metodologis dan paedogogis bagi umat manusia.
Adapun tujuan pendidikan al Qur’an M. Quraish Shihab menyebutkan yaitu membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahNya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah, atau dengan kata lain lebih singkat dan digunakan oleh al Qur’an ”untuk bertaqwa kepadaNya”.
Dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar berjalan secara efektif maka perlu menerapkan berbagai metode mengajar sesuai dengan tujuan situasi dan kondisi yang ada guna meningkatkan pembelajaran dengan baik, karena berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar ditentukan oleh metode pembelajaran yang merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan proses belajar mengajar salah satu yang disoroti adalah segi metode yang digunakan. Sukses tidaknya suatu proses pembelajaran salah satunya tergantung pada ketepatan metode yang digunakan. Demikian pula dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits juga membutuhkan metode yang tepat. Sebab metodelah yang menentukan isi dan cara mempelajari al Qur’an Hadits tersebut dengan baik.

Untuk mendownload Skripsi Pendidikan Agama Islam dengan judul "Penerapan Metode Menghafal Dalam Pembelajaran Al Qur'an Hadits di MTs Hidayatus Syubban Genuk Semarang" secara lengkap klik disini atau klik gambar download dibawa ini kemudian klik SKIP AD atau LEWATI


Update Skripsi lewat email. Masukkan Email anda dan klik subscribe:

Delivered by FeedBurner

Add to Google Reader or Homepage Subscribe in NewsGator Online Subscribe in Bloglines